Dalam jangka waktu yang relatif lama ini, kata Dokter Spesialis Paru Rumah Sakit (RS) Jiwa Tampan Provinsi Riau, Surya Hajar Fitria Dana, membutuhkan peran dan dukungan keluarga dalam kepatuhan meminum obat.
"Jika di dalam keluarga ada yang terkena TBC, kita harus memberikan pengertian bahwa pengobatan nya tidak main-main dan betul-betul mau minum obat," imbuhnya, Kamis (16/5/24).
Surya Hajar menyebut bahwa penyakit menular tersebut bisa sembuh asalkan penderitanya konsisten dan disiplin meminum obat.
Apabila putus mengkonsumsi obat sebelum enam bulan akan berdampak pada resisten obat, sehingga pasien TBC harus meningkatkan level pengobatannya.
"Kadang ada pasien TBC minum obat hanya dua minggu, sudah terasa baik badannya di berhentikan (minum obat). Hal ini akan terjadi resisten obat. Jadi maksudnya kuman sudah kebal terhadap obat TBC. Kalau sudah resisten obat tambah ribet lagi pengobatannya. Penyembuhannya bia setahun atau dua tahun, " jelas Surya.
Adapun dukungan keluarga dianggap juga dapat menjadi kunci dalam proses penyembuhan, sebab keluarga bisa memberikan motivasi kepada pasien TBC untuk rutin mengikuti pengobatan hingga tuntas.
Mengingat pentingnya peran keluarga, maka keluarga pasien TBC diminta harus mengetahui gejala, pengobatan, dan cara penanganannya.
"Tanda orang terkena TBC itu seperti batuk (lebih dari 2 minggu), demam (meriang), serta penurunan nafsu makan. Jika ciri tersebut ada dikeluarga, patut dicurigai dan di cek ke dokter dan lakukan skrining," pungkas Surya Hajar.
(Mediacenter Riau/nv)